Semakin aku dekati semakin kuat aku ditarik menjauh…
Seperti medan magnet yang saling tolak menolak bukan karena persamaan, namun karena perbedaan…
Aku tak pernah benar-benar ingin menjadi berbeda, tetapi hatiku memilih pilihan berbeda.
Kita tak bisa dan takkan pernah bisa menjadi sama...
karena inilah aku sebagaimana adanya diriku…
Aku tahu cawan yang kalian miliki berisi madu manis namun pilihanku cawan yang berisi coklat pahit…
Aku tahu…
Aku sadar sesadar sadarnya…
Jalan yang kupilih itu terjal…
Aku mungkin takkan berada di tempat tinggi di gedung-gedung pencakar langit atau duduk di deretan kursi-kursi mewah...
Aku hanya akan menjadi seorang pelayan yang harus merendahkan diri serendah-rendahnya.
Aku akan dicerca, dihina, diejek ataupun dikucilkan…
Aku tahu, ketika aku mengabaikan cawanmu,
aku tidak akankan lagi bisa, menikmati tetesan madu yang manis…
Aku sadar sesadar sadarnya…
Jalan yang kupilih itu terjal…
Aku mungkin takkan berada di tempat tinggi di gedung-gedung pencakar langit atau duduk di deretan kursi-kursi mewah...
Aku hanya akan menjadi seorang pelayan yang harus merendahkan diri serendah-rendahnya.
Aku akan dicerca, dihina, diejek ataupun dikucilkan…
Aku tahu, ketika aku mengabaikan cawanmu,
aku tidak akankan lagi bisa, menikmati tetesan madu yang manis…
Aku tahu…
Setelah aku melangkah aku akan berbeda hanya karena sebuah pilihan...
Namun pernahkah kalian mencoba bertanya kenapa aku berbeda?
Karena aku tak mau menjadi seperti kalian!
Hidup, mati, lalu dilupakan…
Apa artinya? …
Hidupku begitu berarti untuk sekedar disia-siakan.
Aku mungkin tidak akan menjadi apa-apa tetapi lihatlah apa yang akan kujadikan! …
Semua mata yang meremehkan, semua kata yang merendahkah akan melihat dan tercengang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar