By : Selvia Vurwatie Novia
Pernakah Anda tahu, sang pendiri
"kerajaan" Honda ?
Soichiro Honda – Sebelum meraih sukses ia banyak mengalami kegagalan. Ia
juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J.
Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki
otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari
pandangan guru. "Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih,
karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda," ungkapnya.
Soichiro Honda lahir di dusun Kamyo, distrik Shizuko,
Jepang Tengah 17 November 1906. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10
mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin,
tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda
pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan
otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak
tampan, sehingga membuatnya rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke
Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat
cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun
bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21
tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini
tidak ditampiknya.
Di Hamamatsu
prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh
bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan
kembali. Honda pun sering bekerja sampai larut malam, dan terkadang sampai
subuh. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik
meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan
logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke
seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.
Setelah menciptakan
ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri.
Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih. Otaknya tertuju kepada pembuatan
Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Namun Sayang,
karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring
buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Karena kegagalan itu, Honda
jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia
kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada
solusinya.
Honda pernah dikeluarkan
dari Universitas Setelah dua tahun menjadi mahasiswa dengan alasan jarang
mengikuti kuliah. Dikarenakan siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia
langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru
diperoleh. "Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan,
melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan
pengaruhnya," ungkap Honda, pada rektor ia menjelaskan maksudnya kuliah
bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.
Berkat usahan dan
kerja kerasnya desain Ring Pinston-nya diterima oleh pihak Toyota, dan diberi
kontrak sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Namun, niatan itu justru
kandas, karena saat itu Jepang bersiap perang dan tidak memberikan dana. Honda
pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk
mendirikan pabrik. Naasnya Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Meski demikian ia tidak patah semangat.
Setelah peristiwa
itu Honda bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil
sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai
bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan
pabriknya, sehingga diputuskan untuk menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota.
Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. namun semuanya gagal.
Tahun 1947 setelah
perang, Jepang kekurangan bensin, di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda.
Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" cikal bakal
lahirnya mobil Honda itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong
memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan
pabrik motor dan Sejak saat itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya.
Motor Honda berikut mobinya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk
Indonesia.
Bagi Honda,
janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah
kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya
satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", ungkapnya.
ketika Anda
mengalami kegagalan, mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru. Kisah Honda
ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal
seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar