By : @aiyaselvia
( Dan dipadukan dari berbagai sumber)
( Dan dipadukan dari berbagai sumber)
Para geisha sendiri—tentu saja—tidak mau
disebut pelacur. Budayawan Sutanto, yang banyak mendalami kebudayaan
Jepang dengan tegas mengatakan bahwa geisha tidak sama dengan pelacur. “Pelacur
bisa hanya mengandalkan kecantikan wajah dan olah tubuh, sedangkan geisha soal
kecantikan hanyalah salah satu persyaratan. Ada jasa kemampuan yang dijual,
bukan menjual tubuh”kata Sutanto.
Geisha memiliki ikatan obi (selendang besar
diikat di perut) yang cukup rumit, itulah yang membedakan mereka dengan pelacur
Jepang. Geisha memakai kimono yg berlapis2, ada bagian dalam (terdiri dari 2
lapis yaitu Hadajuban dan Juban) dan bagian luar. Masing-masing dikencangkan
dengan ikatan tali dengan jenis-jenis simpul tertentu. Obi pada Geisha
diikatkan di bagian belakang. Obi ini panjangnya bisa mencapai 6 m, lebarnya
setengah dari panjangnya.
Sedangkan Mami Kato, seorang
wanita Ekspatriat dari Jepang mengaku sulit menilai seorang Geisha itu pelacur
atau bukan. Sebabnya, hampir tidak ada wanita Jepang—apalagi ibu rumah
tangga—yang tahu tentang dunia Geisha kecuali para pelaku.”Dunia Geisha hanya
milik laki-laki dan pelaku saja. Selebihnya itu misteri karena bukan sebuah
dunia yang terbuka untuk umum”ujarnya.
Arthur Golden
yang lama mendalami tentang dunia Geisha pun tidak memberikan jawaban secara
pasti:
“Jawabannya tidak sesederhana ya atau
tidak. Geisha yang disebut “hot spring
geisha” atau Geisha sumber air panas, yang menghibur di tempat-tempat
peristirahatan, jelas pelacur. Kesulitan memberikan jawaban bisa dipahami
karena dalam perikau dan kejadian tertentu, banyak hal yang menghubungkan
geisha dengan dunia pelacuran. Yaitu :
- Rekruitmen Geisha tidak selamanya terbuka. Tidak jarang para calon Geisha itu diperoleh melalui proses perdagangan manusia.
- Geisha selama masa persiapan, masa
sekolah, hingga benar-benar menjadi seorang Geisha tinggal di sebuah Gion atau
semacam rumah penampungan. Di dalam Gion itu, ada induk semang yang disebut Okasan,
yang berkuasa penuh atas Gion seisinya, termasuk para Geisha, Geisha magang,
dan para pembantunya. Okasan inilah yang mengurus segala keperluan Geisha
termasuk mengatur pemasukan dan pengeluaran. Semua biaya hidup dan pendidikan Geisha,
bahkan mungkin pelanggaran-pelanggaran yang bisa dinilai dengan uang,
ditanggung oleh Okasan, tetapi itu semua dihitung sebagai hutang. Bila nanti Geisha
sudah menghasilkan uang, mula-mula digunakan untuk mengembalikan hutang yang
dimiliki seorang Geisha.
- Dalam dunia Geisha dikenal sebuah peristiwa yang disebut
sebagai mizuage, yaitu peristiwa mizuage (memerawani). Ini dilakukan oleh
seorang maiko (geisha
yang masih dalam pendidikan) yang dianggap sudah layak
menjadi seorang Geisha. Orang
berhak melakukan mizuage adalah siapa yang berani membayar harga paling
tinggi. Tetapi setelah mizuage antara antara Geisha dan pembayar tertinggi
tidak ada ikatan apapun. Peristiwa
ini bisa dibandingkan dengan “bukak klambu” pada seorang ronggeng atau
penari kesenian tradisional dengan iringan angklung dan gendang di daerah
Banyumas. Untuk memenuhi syarat sebagai ronggeng, ia harus melakukan
upacara bukak kelambu atau malam pertama.
Lelaki yang berhak melakukan bukak kelambu adalah yang mau membayar
paling mahal di antara para lelaki penawar. Dalam kasus Geisha, peminat
mizuage melakukan transaksi dengan pemilik Gion atau induk semang,
sementara sang Geisha hanya mendengar angka-angka transaksi tetapi tidak
melihat uangnya.
Meski demikian upacara tersebut dianggap sesuatu yang sakral dan para maiko tetap dihormati. Layaknya seorang perempuan, bukan pelacur. - Seorang Geisha dalam menekuni pekerjaan sehari-hari memang sebatas memberikan pelayanan jasa hiburan memlalui ketrampilan yang dimiliki. Sedangkan dalam konteks seksual, seorang geisha akan dianggap sukses bila memiliki danna, yaitu lelaki yang memberikan perlindungan baik secara mental maupun materil (layaknya seorang suami). Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai gantinya si Geisha akan memberikan layanan seksual, hanya untuk si pria yang disebut danna. Bagi Arthur, ini tidak disebut sebagai pelacur. Seorang Geisha akan dianggap gagal bila ia tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai pengeluarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar