By : @aiyaselvia
( Dan dipadukan dari berbagai sumber)
( Dan dipadukan dari berbagai sumber)
Geisha (芸者 "seniman") adalah penghibur tradisional
di Jepang.
karena untuk memperoleh predikat geisha ia harus menguasai begitu banyak aspek
seni.Geisha sangat umum pada
abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun
jumlahnya tidak banyak. Pada awalnya
Geisha di lakoni oleh kaum laki-laki yang disebut sebagai Honko mereka pun
mengerjakan sebagaimana yang dilakukan oleh para Geisha, menari, berdiskusi,
bernyanyi dan menemani tamunya di restoran, bar, dan rumah teh.
Sejarah Geisha dimulai dari awal
pemerintahan Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu
disibukkan lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon Geisha harus
menjalani pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik
Shamizen yang membuat calon Geisha harus merendam jarinya di air es. Berlatih
alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga Taiko. Berlatih seni
tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang Geisha, karena Geisha papan atas
umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh Geisha
dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan
Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata.
Seorang Geisha harus menguasai
banyak hal dari dunia seni seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain
teater, memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut
yang rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual mungkin,
bercerita tentang banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan
sepatu tamu, dan banyak lagi.
Penguasaan aspek-aspek seni itu tidak
diperoleh dengan sembarangan, atau sekedar memperoleh ketrampilan sambil lalu,
tetapi harus ditempuh lewat pendidikan formal sekolah geisha. Di sekolah
tersebut, yang bisa memakan waktu hingga tiga tahun, seorang geisha belajar
banyak hal aspek-aspek kebudayaan Jepang.
Untuk belajar musik saja misalnya, seorang
Geisha tidak cukup satu jenis musik yang dipelajari. Selain Shamisen (alat
musik petik), juga belajar Tsutsumi atau gendang kecil atau gendang sedang yang
disebut Okawa atau gendang paling besar yang disebut Taiko, serta seruling
Jepang yang disebut Fue. Geisha harus belajar memainkan semua instrumen ini,
meskipun pada akhirnya kepadanya akan disarankan untuk mendalami secara khusus
salah satu atau dua instrumen saja.
Itu semua dipelajari karena geisha memiliki
tugas paling utama sebagai penghibur. Dengan segala kemampuan yang dimiliki ia
bekerja memberikan hiburan menemani kaum laki-laki di rumah-rumah minum (café),
atau pada upacara-upacara lainnya yang berlanjut dengan pesta di rumah minum
atau di rumah tempat tinggal.
Geisha juga harus berlatih seni
upacara minum teh, yang pada masa medieval dianggap sama pentingnya dengan seni
perang. Dan berbagai latihan berat lain yang harus dijalani. Dan latihan itu
masih terus dijalani setiap Geisha hingga akhir karirnya.
Sebagaimana kita tahu, masyarakat Jepang
memiliki tradisi seni kuliner minum teh yang sudah turun temurun dari satu
generai ke generasi lainnya. Traidi minum the ini biasa dilakukan di rumah-rumh
tempat tinggal. Tetapi di rumah-rumah minum para lelaki Jepang lebih suka
menenggak minuman keras bernama sake. Di rumah minum inilah, para geisha akan
memberikan layanan jasanya kepada para tamu, dari sekedar menemani duduk,
mengantarkan tamu ke toilet, menuangkan sake ke dalam cangkir, bercerita,
bermain kartu, menyanyi, dan menari.
Seorang calon Geisha sedari
awal menginjakkan kakinya ke rumah barunya, sudah memiliki hutang awal sebesar
biaya yang dikeluarkan pemilik Okiya untuk membelinya. Sungguh Ironis. Hutang
itu terus bertambah, Karena biaya pendidikan Geisha, biaya perawatan
kecantikan, biaya dokter yang ditalangi oleh Okiya, nyatanya dibebankan balik
sebagai hutang geisha. Geisha dengan level standar akan terus terikat hingga
akhir hayatnya, berbeda dengan geisha sukses yang dapat menebus kembali
kebebasannya sebelum mencapai usia 20 tahunan.
Untuk bisa masuk ke rumah minum
juga bukan pekerjaan yang mudah. Walapun ia sudah tamat sekolah geisha, ia
harus magang terlebih dahulu sebagai calon geisha atau geisha magang selama
beberapa tahun kepada geisha senior dengan diangkat sebagai adik. Dengan cara
magang inilah diharapkan ketika ia tampil menjadi geisha mandiri, ia
sungguh-sunguh telah memiliki berbagai ketrampilan yang mumpuni. Hal itu
diperlukan karena mereka yang akan dihibur bukan sembarang lelaki yang memiliki
uang untuk membayar biaya pelayanan rumah minum, tetapi para lelaki dari
kalangan atas apakah pebisnis, selebritis, hingga pejabat-pejabat pemerintahan.
Tugas utama seorang Geisha adalah menghibur
tamu di rumah minum teh. Mereka menari, menyanyi, memainkan alat musik
(shamizen, taiko, fue, dan lain-lain). Untuk mendapatkan keahlian ini, mereka
harus belajar di sekolah geisha sejak usia dini. Mereka mempelajari sastra,
musik, tari, tatakrama (duduk, berjalan, berdiri, dan sebagainya), melakukan upacara minum
teh yang ternyata tidak sesederhana seperti nampaknya, dan masih banyak lagi.
Sekolah geisha juga menerapkan disiplin yang ketat. Tidak semua siswa bisa
lulus dari sekolah geisha ini, tidak sedikit yang gagal.
Menjadi seorang Geisha adalah menjadi seorang yang
tidak dikenal, Tanpa Identitas
(Anonimus) dan hal demikian disampaikan dalam sesi pendidikannya. Para
geisha diharuskan menyembunyikan semua yang merujuk pada identitas mereka,
seperti nama, alamat rumah dan sebagainya meskipun tamu itu benar-benar seorang
terhormat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar