Minggu, 05 Agustus 2012

Go Nichi O Imi Shimasu



 


Ini menyebalkan, benar-benar menyebalkan, tapi aku berjanji, aku bukan Babi yang yang bisa menjilat muntahanku sendiri aku manusia tentunya lebih santun dari itu. Tapi aku lelah, tubuhku tak kuat rasanya. Apa aku sanggup, ada beberapa pilihan di otakku aku binggung , jika aku tidak ikut aku tidak tepat janji, dan aku aku harus mengulang ini tahun depan atau aku mengikutinya di zona II maka semuanya akan beres, namun resikonya aku terancam sakit lagi.


***
Pagi ini terlalu dingin namun tak sedingin hatiku yang masih meragu, ku hirup aroma susu coklat panas di temani selembar roti tawar dengan selai coklat di tengahnya, ku raih ponselku dan ku kirim message pada ketua komsat ku, “aku ikut” dengan tangan yang masih memegang gelas ku tulis beberapa kata di twitter ku lalu ku matikan. Pelan ku letakan kembali gelas ku lalu ku raih Handsed ku dan ku putar beberapa lagu pagi itu, sambil menatap matahari yang mulai menampakan dirinya di iringi dengan terbangnya beberapa burung kecil yang telah keluar dari sarangnya.
        
  Dengan tergesa-gesa kedua kakiku menaiki  anak tangga, terdengar suara orang yang sedang bicara di sana, aku tahu aku terlambat, ini kenyataan. Ku hampiri panitia di depan sana yang kemudian memberiku snack dan air mineral gelas tanpa sedotan, lalu setangah berlari aku masuk dan duduk di belakang  sambil mendengar beberapa sambutan yang tidak mengiurkanku. Ini menarik, di kegiatan ini sebelumnya aku tidak mengikuti ritual pembukaan, hanya datang ketika Bis sudah ingin melaju meninggalkan kampus.

          Ketika semua orang sudah meletakan barangnya di Bis aku menunggu di belakang, kemudian masuk dengan perlahan. Penuh, aku pikir waktu itu aku tidak akan mendapatkan sebuah tempat duduk, namun ketika ku lihat ada tempat kosong di belakan aku bergegas menujunya. Akkkkhhh....akkkkhh jeritan seorang perempuan terdengar tiba-tiba saat aku hendak meletakan ransel hitamku dari kejauhan, akkkhhhh....akkkhhhh dangan nada sinis perempuan itu melihatku dan akupun baru sadar aku menginjak kakinya. Langsung ku tarik kakiku dan dengan pelan ku ucapkan “maaf” yang langsung di sambarnya dengan kata-kata pedas yang keluar dari mulutnya, aku hanya diam menyaksikan dia bicara, lalu ketika di melihat kembali kaos kakinya yang kotor, kembali dia mengumam dengan kata-kata yang tak ku ingat, aku tidak mau mengingatnya. Terlalu indah kata-kata yang keluar,  dari mulut  seorang perempuan berpendidikan yang mengerti agama dengan jilbab yang menutupi sekujur tubuhnya. Menyebalkan ucapan maafku saja bahkan tidak di terima, batinku. Dengan pelan aku bergumam “whatever you say” seraya menuju tempat duduk itu.

Ku buka buku hitamku dan ku baca perlahan, lalu duduklah seorang perempuan di sampingku ketika Bis hendak melaju. Dia tersenyum menatapku dan memperkenalkan dirinya “Kivi”, dan secara tidak sadar aku terlibat pembicaraan kecil dengannya. Di lokasi yang sama aku agak heran ada sedikit hal yang berubah dari sebelumnya, namun ku nikmati. Ku letakan barang-barangku di meja lalu bersandar pada tembok sambil mengengam ponsel kecilku, ku buka beberapa pesan yang baru masuk lalu ku balas, dan kemudian beristirahat sejenak.

Tiba waktu sholat, aku menyimpan kembali ponselku lalu berangkan ke Mosque menyusul yang lain yang sudah meninggalkanku. “kenapa mereka lurus padahal mushola itu jauh, bukannya ada Mosque yang dekat ”, gumamku dan tak sadar terdengar dua orang perempuan di depanku. “ada yang dekat” tanya salah seorang dari mereka, dan kemudian ku jelaskan pada mereka, “ya sudah ngikut kamu aja” tambahnya. “Dari prodi apa?” Tanya nya lagi “Psikologi” jawabku, “kamu Silvia kan?” tanya salah seorang yang sedari tadi diam “tahu dari mana” jawabku, “dari seseorang” jawabnya sambil tersenyum.

Usai sholat kami mulai mengikuti serangkaian acara pertama hari itu, dan kebetulan aku diminta menjadi time keepernya oleh instruktur bersama salah seorang lagi yang ditunjuk oleh persertanya. Ada yang sedikit berbeda dari kegiatan yang sebelumnya, kami diizinkan membawa ponsel dan tidak di sita. Aku berusaha fokus dan menikmati serangkaian acara di hari itu sampai aku terlelap dengan ransel hitam yang menjadi bantalku dan jaket yang menyelimuti tubuhku.

to be continued