Rabu, 11 Juli 2018

Nginap Di Hotel Bekas Pembunuhan – Bandung



Oleh : @aiyaselvia

            Ini adalah pengalaman pertama dan nyata aku bersentuhan dengan dunia mistis atau hal-hal horor yang sebelumnya belum pernah terjadi sama sekali dihidupku. Bisa dibayangkan bagaimana kaget dan takutnya aku saat kejadian waktu itu. Oktober 2017 aku dan 4 orang temanku (2 laki-laki, 2 perempuan) berencana jalan-jalan ke bandung mengisi liburan menjelang akhir tahun untuk melepas penat dari ibukota ke kota kembang nan adem, Bandung. Awal kami berangkat semuanya terasa sempurna dan menyenangkan. Kami juga sudah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari, dari tujuan destinasi, berwisata kuliner di mana, outfitnya apa saja, segala hal yang dibawa, dan hotel tempat kami menginap. Bisa dibilang kami termasuk orang yang beruntung, kami menginap di dua hotel yang berbeda selama di bandung dan hotel terakhir menawarkan promo dengan harga yang sangat murah dan fasilitas OK di tengah kota. Kesempatan itu tentu tidak kami sia-siakan dan langsung di booking oleh temanku dan kami semua pun setuju. 

            Hari pertama dari Jakarta ke Bandung kami diguyur hujan yang cukup lebat, namun hal itu tidak jadi persoalan yang signifikan hanya saja suhu di Bandung jadi bertambah dingin seharian apalagi dimalam hari yang masih gerimis kecil. Beruntungnya kami karena tidak ada yang jatuh sakit kala itu. Kami sepuasnya jalan-jalan dan mencoba cafe hits di daerah Dago. Sampai makan malam ditemani alunan live music, feel the perfect day. Berikutnya kami pergi ke Ranca Upas, mengunjungi tempat-tempat wisata kekinian, kebunteh, berkuliner ria, mencicipi kopi Bandung di beberapa kedai kopi, berjalan kaki di alun-alun Bandung dan mampir di beberapa cafe di Braga tiring but fun. Hingga datanglah malam itu.

            Sebelum kami menuju kehotel kedua teman laki-laki kami sempat mencicipi minuman di salah satu cafe dan kembali dengan keadaan setengah sadar. Bisa dibayangkan bagaimana ramenya mereka dimobil saat perjalanan pulang waktu itu. Hal tersebut tidak hanya sampai disitu, tapi berlanjut sampai dihotel. Yang ku ingat saat itu, aku hanya merasa heran dan merasa beruntung dengan penampakan hotel mewah bergaya cukup klasik. Hotel sekelas ini kami dapatkan dengan harga yang murah. Yap benar-benar murah jika dilihat lagi kamar yang kami dapat. Entah karena euphoria, kesenangan atau apapun kami hanya senyum-senyum saja tanpa berpikir macam-macam. Kamar yang luas, kamar mandi dekat pintu yang cukup luas dan air panas, TV layar datar besar, sofa ukiran besar beberapa buah, ventilasi udara yang cukup, karpet halus, dua buah tempat tidur cukup luas yang masing-masingnya terdapat lampu tidur antik, dua buah meja hias dan lemari pakaian yang cukup besar. 

            Walaupun menghabiskan seharian penuh untuk berjalan-jalan, namun malam itu kami tidak merasa mengantuk sama sekali. Kebetulan teman ku membawa kartu jadilah malam itu kami absen tidur dan bermain kartu, dengan catatan yang kalah harus rela wajahnya dicoret. Saking serunya kami sudah tidak menyadari teriakan dan tertawa kami yang kelewat nyaring ditambah suara TV yang mengelegar membuat suasana kamar kami menjadi ricuh, toh kamar kami juga kedap suara jadi memang tidak ada yang dikhawatirkan. Menginjak pukul 11.00 malam kami menjadi semakin ricuh gelak tawa dan terikan mewarnai malam kami saat itu, banyak hal yang diobrolkan atau kami lakukan yang mengundang tawa dalam pekatnya malam. 

            Seorang teman laki-laki kami sedikit berteriak dari dalam toilet dan memangil kami “hey, kenapa nih air krannya gag bisa mati, aneh banget, rusak ya”. Temanku hanya menjawab “lo banyak dosa kali” lalu kami mengabaikannya, entah bagaimana caranya krannya bisa berfungsi normal kembali. kami kembali melanjutkan permainan kami yang saat itu ku rasa tengah seru dan konyol. Ditengah gelak tawa kami yang keras semua lampu kamar kami tiba-tiba mati dengan sendirinya. Kami hanya diterangi dengan cahaya TV yang masih menyala dan layar HP i was surprised but no fear. Kami berusaha mengotak-atik kontaknya tanpa berfikir menghubungi petugas hotel, dan beberapa saat kemudian lampunya kembali menyala. Salah seorang temanku berkata “sial banget sih ini, lampunya gag pernah dicek ya, apa konslet gara-gara ngecharge hp lo pada hehe”. 

            Setelah dua kejadian tersebut bukannya kami sadar malah kami tetap melanjutkan aktifitas rebut kami dikamar. Sebenarnya saat itu salah satu teman kami sudah mulai curiga namun tidak memberitahukan hal tersebut kepada kami. Sekitar pukul 01.00 salah satu teman kami tiba-tiba merasa lapar dan mengajak kami mencari makan diluar, karena terlalu malam akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di kamar sendiri. namun karena bujukan mereka dan salah satu teman kami yang curiga aku mengalah dan ikut makan keluar. Setelah kembali lagi ke hotel dengan keadaan ricuh aku buru-buru masuk toilet, cukup lama memang karena kran yang tadinya baik-baik saja mulai lagi berulah dan tidak bisa dimatikan, aku bersaha mengotak-atiknya dan berkata “emang bener deh ini, pantasan Oce tadi bilang krannya rusak” sayup-sayup udara di toilet tersebut terasa dinging, aku masih mendengar jelas suara ribut di depan pintu, “mungkin mereka ngantri karena aku lama banget” batinku. Tiba-tiba terdengar suara perempuan berkata “HEY” cukup jelas dan nyaring dari arah kiri ku, i was shocked and frightened at the time. Namun aku masih santai mungkin suara teman-temanku dari luar toilet, aku lihat lagi cermin dan sekelilingku, aku langsung refleks lari membuka pintu toilet dan menghambur keluar dengan jantung yang tidak karuan. Teman-temanku yang duduk disofa pojok ruangan tertawa geli melihat tingkah ku “lo kenapa Ay?” “loh kalian disini” tanyaku, “lah emang dimana lagi” aku terdiam tanpa bisa bersuara, barusan saja aku jelas mendengar banyak suara di depan pintu toilet, dan mustahil jika suara tersebut masih terdengar jika mereka berada diposisi yang jauh dari toilet sedangkan mereka tidak sedang berteriak dan berbicara dengan volume normal.

            Aku menghampiri dan duduk di dekat temanku yang diam dari tadi. Dia mengatakan pada kami bahwa ia merasa pusing dan lemas, kami menyarankannya untuk istirahat mungkin ia kelelahan setelah seharian beraktifitas dan mematikan beberapa lampu agar ia bisa tidur. Sedangkan kami melanjutkan obrolan kami malam itu. Entah jam berapa dini hari, teman kami yang tadinya beristirahat tiba-tiba berteriak keras tidak karuan, kami semua terkejut dan mendatanginya. Dua teman laki-laki kami berusaha memegang badannya yang sudah tidak terkontrol. Ia berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Saat itu aku sadar dan benar-benar merasa takut. Apa temanku sedang kesurupan? Seperti inikah orang yang sedang kesurupan? Aku tidak tahu harus melakukan apa, pikiranku kosong dan hanya melakukan apa yang dikatakan temanku. Kami semua panik namun tidak tahu apa yang harus diperbuat. Pikiran kami benar-benar blank, satu ayat pun tidak dapat kami ucapkan dan berkali-kali kami lupa. I'm afraid, i want to cry and run but my body is stiff. Kami sama sekali tidak terpikir menghubungi petugas hotel. Teriakan dan tangisan temanku semakin menjadi-jadi memecah kesunyian malam saat itu. Kedua temanku masih berusaha memegang badanya dan melantunkan ayat-ayat Al-Quran yang dapat mereka ucapkan. Sambil terbata dan setengah berteriak aku mengatakan “aku gag mau disini, aku mau kemobil, aku mau tidur dimobil aja” teman kami yang lain berusaha menenangkan ku we really felt depressed then.
 
            Entah berapa lama kajadian itu, temanku yang sedang kesurupan mulai membaik. Nafasnya cukup terbata-bata, ia menangis di depan kami, dan menceritakan ia melihat seorang perempuan paruh baya di sampingnya saat ia setengah tidur. Kami berusaha menengangkannya dan memutar beberapa lantunan ayat Al-Quran dari HP sedangkan teman kami yang non muslim berdoa sendiri. Aku rasa kami masih merasa ketakutan kala itu, namun masing-masing bersaha menyembunyikan. Beberapa lama, sayup-sayup ku dengar lantunan suara azan subuh dari HP salah satu teman kami, entah mengapa aku merasa terharu dan lega, akhirnya malam berakhir. Ya kegerian ini berakhir. 

            Beberapa saat kemudian kami mulai membereskan barang-barang kami dan bersiap-siap cek out. Pagi itu hujan benar-benar menunjukan keeksisannya, cukup lebat dan berangin, sehingga kami terpaksa bertahan beberapa lama di loby hotel sampai akhirnya nekat memutuskan pergi. Setelah sarapan kami mampir kesebuah kedai kopi untuk menyeruput secangkir kopi hitam panas ditengah hujan dan cuaca yang dingin dengan harapan dapat meghilangkan sedikit kantuk. Yah, we were tired and didn’t sleep all night. Menjelang sore hari dengan cuaca yang masih hujan kami melaju meningalkan Bandung menuju Jakarta. Keesokan harinya di Jakarta teman-teman ku mendapatkan memar di beberapa bagian tubuhnya termasuk aku. 

            Salah satu teman kami secara tidak sengaja menemukan cerita kelam dihotel terakhir yang kami tinggali. Hotel bekas pembunuhan sadis seorang wanita, istri dari pemilik hotel tersebut bertahun-tahun yang telah lalu. Tepat dilantai dua tempat kami menginap dan beberapa kejadian horor yang sering terjadi di sana. Entah dialami oleh pegawai hotel itu sendiri ataupun pengunjung hotel, we were lucky but not lucky enough haha. Kamijuga menyadari mungkin kejadian yang kami alami sedikit banyak karena kesalahan kami yang riuh ditengah malam atau perkataan yang kurang pantas kami ucapkan wallahu a’lam.