Senin, 20 Mei 2013

Geisha Jepang


By : @aiyaselvia
( Dan dipadukan dari berbagai sumber)






Geisha (芸者 "seniman") adalah penghibur tradisional di Jepang. karena untuk memperoleh predikat geisha ia harus menguasai begitu banyak aspek seni.Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Pada awalnya Geisha di lakoni oleh kaum laki-laki yang disebut sebagai Honko mereka pun mengerjakan sebagaimana yang dilakukan oleh para Geisha, menari, berdiskusi, bernyanyi dan menemani tamunya di restoran, bar, dan rumah teh.
Sejarah Geisha dimulai dari awal pemerintahan Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon Geisha harus menjalani pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik Shamizen yang membuat calon Geisha harus merendam jarinya di air es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga Taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang Geisha, karena Geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh Geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata.
 
Seorang Geisha harus menguasai banyak hal dari dunia seni seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain teater, memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual mungkin, bercerita tentang banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan sepatu tamu, dan banyak lagi.
Penguasaan aspek-aspek seni itu tidak diperoleh dengan sembarangan, atau sekedar memperoleh ketrampilan sambil lalu, tetapi harus ditempuh lewat pendidikan formal sekolah geisha. Di sekolah tersebut, yang bisa memakan waktu hingga tiga tahun, seorang geisha belajar banyak hal aspek-aspek kebudayaan Jepang.
Untuk belajar musik saja misalnya, seorang Geisha tidak cukup satu jenis musik yang dipelajari. Selain Shamisen (alat musik petik), juga belajar Tsutsumi atau gendang kecil atau gendang sedang yang disebut Okawa atau gendang paling besar yang disebut Taiko, serta seruling Jepang yang disebut Fue. Geisha harus belajar memainkan semua instrumen ini, meskipun pada akhirnya kepadanya akan disarankan untuk mendalami secara khusus salah satu atau dua instrumen saja.
Itu semua dipelajari karena geisha memiliki tugas paling utama sebagai penghibur. Dengan segala kemampuan yang dimiliki ia bekerja memberikan hiburan menemani kaum laki-laki di rumah-rumah minum (café), atau pada upacara-upacara lainnya yang berlanjut dengan pesta di rumah minum atau di rumah tempat tinggal.

Geisha juga harus berlatih seni upacara minum teh, yang pada masa medieval dianggap sama pentingnya dengan seni perang. Dan berbagai latihan berat lain yang harus dijalani. Dan latihan itu masih terus dijalani setiap Geisha hingga akhir karirnya.
Sebagaimana kita tahu, masyarakat Jepang memiliki tradisi seni kuliner minum teh yang sudah turun temurun dari satu generai ke generasi lainnya. Traidi minum the ini biasa dilakukan di rumah-rumh tempat tinggal. Tetapi di rumah-rumah minum para lelaki Jepang lebih suka menenggak minuman keras bernama sake. Di rumah minum inilah, para geisha akan memberikan layanan jasanya kepada para tamu, dari sekedar menemani duduk, mengantarkan tamu ke toilet, menuangkan sake ke dalam cangkir, bercerita, bermain kartu, menyanyi, dan menari.

Seorang calon Geisha sedari awal menginjakkan kakinya ke rumah barunya, sudah memiliki hutang awal sebesar biaya yang dikeluarkan pemilik Okiya untuk membelinya. Sungguh Ironis. Hutang itu terus bertambah, Karena biaya pendidikan Geisha, biaya perawatan kecantikan, biaya dokter yang ditalangi oleh Okiya, nyatanya dibebankan balik sebagai hutang geisha. Geisha dengan level standar akan terus terikat hingga akhir hayatnya, berbeda dengan geisha sukses yang dapat menebus kembali kebebasannya sebelum mencapai usia 20 tahunan.
Untuk bisa masuk ke rumah minum juga bukan pekerjaan yang mudah. Walapun ia sudah tamat sekolah geisha, ia harus magang terlebih dahulu sebagai calon geisha atau geisha magang selama beberapa tahun kepada geisha senior dengan diangkat sebagai adik. Dengan cara magang inilah diharapkan ketika ia tampil menjadi geisha mandiri, ia sungguh-sunguh telah memiliki berbagai ketrampilan yang mumpuni. Hal itu diperlukan karena mereka yang akan dihibur bukan sembarang lelaki yang memiliki uang untuk membayar biaya pelayanan rumah minum, tetapi para lelaki dari kalangan atas apakah pebisnis, selebritis, hingga pejabat-pejabat pemerintahan.

Tugas utama seorang Geisha adalah menghibur tamu di rumah minum teh. Mereka menari, menyanyi, memainkan alat musik (shamizen, taiko, fue, dan lain-lain). Untuk mendapatkan keahlian ini, mereka harus belajar di sekolah geisha sejak usia dini. Mereka mempelajari sastra, musik, tari, tatakrama (duduk, berjalan, berdiri, dan sebagainya), melakukan upacara minum teh yang ternyata tidak sesederhana seperti nampaknya, dan masih banyak lagi. Sekolah geisha juga menerapkan disiplin yang ketat. Tidak semua siswa bisa lulus dari sekolah geisha ini, tidak sedikit yang gagal.

Menjadi seorang Geisha adalah menjadi seorang yang tidak dikenal, Tanpa Identitas (Anonimus) dan hal demikian disampaikan dalam sesi pendidikannya. Para geisha diharuskan menyembunyikan semua yang merujuk pada identitas mereka, seperti nama, alamat rumah dan sebagainya meskipun tamu itu benar-benar seorang terhormat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar