Sabtu, 18 Mei 2013

Gugurnya Bunga Sakura

  





Pertengahan Juni lalu, ketika aku berhasil mendapat beasiswa S2 dari Dikti dan bertolak ke Jepang, tanpa sengaja aku bertemu seorang gadis, Jepang  yang begitu ramah dan mengagumkan, saat aku sedang menunggu di stasiun Shibuya, menuju rumah sewaan yang memang telah di siapkan di sana. Aku memang begitu ceroboh, di negri orang pun aku bisa sampai ketinggalan dompet, yang semuanya berada di situ mulai dari uang, ATM, sampai kartu identitasku. Namun ketika aku panik mencari dompetku, tiba-tiba suara seorang  wanita memangilku dari belakang, aku kaget bercampur heran, kenapa dia mengetahui nama ku padahal aku belum pernah bertemu dia sebelumnya. Dengan senyun khas wanita Jepang dia menyodorkan dompetku, dan berkata bahwa aku menjatuhkannya ketika membeli minuman di mesin penjual otomatis dekat stasiun, dan dia adalah orang yang berdiri di belakangku waktu itu. Dengan tergagap aku mengambil dompetku dan setengah malu membuka isinya yang ternyata masih utuh.

Pertemuan ku dengannya pun tidak sampai hanya di situ, ternyata dia adalah mahasiswi, yang mengambil jurusan dan kelas yang sama dengan ku. Aku kaget ketika melihatnya di kampus, dan seperti biasa dia tersenyum, lalu memperkenalkan dirinya, hingga akhirnya aku tahu namanya Satomi Iura, dia anak dari seorang keturunan Sanada fanatic, keluarganya cukup terpandang di Tokyo. Akhirnya dengan mantap pula aku memperkenalkan diriku seorang mahasiswa dari Indonesia yang bernama Ahmad Basin asal Palangkaraya Kalimantan Tengah. Dan sejak saat itulah aku berkenalan dengan Satomi, dia cantik, ulet, pintar, dan aktif, sungguh sebuh perpaduan pribadi yang apik. Berjalannya hari demi hari aku bersama teman-teman yang lain sering menghabiskan waktu di luar dan berdiskusi bersama, mereka memanggilku dengan sebutan Sin seperti teman-teman di Indonesia ku memanggil namaku. Di luar itu aku dan Satomi lebih banyak menghabiskan waktu bersama sekedar ngobrol atau mendiskusikan pelajaran. Kami pun sering berangkat bersama ke stasiun karena tempatku dan Satomi kebetulan berada pada satu jalur kereta. Terlepas dari itu semua dan seiring berjalannya waktu aku merasakan hal aneh yang ada dalam hatiku, dan belakangan aku tahu bahwa aku menaruh hati pada Satomi. Karena tidak kuat rasanya memendam perasaan ini berlama-lama, akhirnya aku putuskan untuk mengungkapkan  padanya, bagaimana reaksinya kemudian itu urusan belakangan yang pasti aku telah memberanikan diriku untuk mengungkapkan isi hatiku pada Satomi.

        Pada pertengahan april, akhirnya terlontarkan juga isi hatiku pada Satomi, di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran indah menebarkan aroma alam yang mewah khas Jepang. Hal yang paling mengherankan bagiku ialah ia menyambut gembira maksud dan diriku. Mulai sejak saat itulah kami mulai merajut kasih di negri matahari itu.

Selama bersama Satomi rasa lelah, putus asa dan jenuh pun hilang yang ada hanyalah rasa kasih sayang dan memiliki, bagaimana dia mendukung kuliah serta karir ku begitupun sebalinya aku. Kami berusaha bersama-sama merajut mimpi masa depan kami dengan semangat, dan optimis yang tinggi, agar kelak jika kami bersama kami telah matang dari segi finansial maupun mental. Sebuah impian yang sangat indah.

            Hampir dua tahun aku mengenyam pendidikan di Jepang rasanya sungguh tidak terasa apalagi dengan kehadiran Satomi di sampingku. Sekarang tibalah giliran kelulusan, ada perasaan senang sekaligus gundah di hatiku, bebagai pikiran menerpa dikepalaku, tentang masa depan kami. Setelah lulus Satomi tentunya akan berkarir di Jepang, sedangkan aku sudah barang tentu pulang dan mengabdi di negri tercintaku Indonesia. Setelah mendiskusikan ini pada Satomi, aku benar-benar terharu, dia bersedia mengikuti aku pulang dan menjadi warga Negara Indonesia. Sekarang selesai sudahlah masalahku. Aku hanya tinggal menunggu hari kepulangan ke Indonesia karena sudah ada pekerjaan yang menantiku di sana, meskipun aku memutuskan  masih tetap di Jepang barang sebulan dua bulan, untuk menyelesaikan dan memperjelas hubungan ku dengan Satomi, dan juga meminta izin dari keluarganya untuk membawa Satomi bersamaku ke Indonesia.

Tepat pada hari minggu malam aku mendatangi rumah Satomi, dengan sedikit gugup yang menyelimutiku, aku melangkah mantap menuju rumahnya. Aku disambut ramah oleh ayahnya. Kemudian tanpa bertele-tele aku langsung menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ku. Mendengar penjelasanku pak Tanaka Iura terdiam, lalu akhirnya dengan ramah ia berusaha menjelaskan silsilah dan tradisi keluarga mereka, yang pada intinya dia tidak menyetujui putrinya untuk menikah dengan orang asing selain penduduk asi Jepang sendiri, apalagi sampai dibawa ke tempat asing. Aku sangat kecewa mendengarnya, ingin rasanya memberontak apalagi ketika aku melihat Satomi berusaha mati-matian meminta persetujuan dari ayahnya sambil meneteskan air mata, yang kemudian menggengam erat tanganku seperti meminta dukungan dariku. Alhasil permohonanku malam itu di tolak, namun aku tidak menyerah, kucoba berkali-kali memohon pada ayah Satomi. Namun hasilnya sama saja, ayahnya tidak menyetujui keputusan kami.

Beberapa minggu setelah itu, dengan semangat baru dan api di hati yang masih belum padam, aku bertekat ingin mencobanya lagi, hanya saja belakangan ini aku merasa tidak wajar, Satomi tiba-tiba berubah padaku, sikapnya dingin, tidak pernah mengirimkan pesan atau menelponku terlebih dahulu sebelum aku melakukannya. Dia pun mulai jarang menjawab pesan dan mengangkat teleponku, dan ketika ku tanya mengapa, dia hanya menjawab daijoobu (tidak apa-apa). Aku pun jarang bertemu dangannya dan dia selalu menolak ketika ku ajak untuk sekedar kencan. Saat aku datang kerumahnya pun kami hanya berbicara sebentar, lalu dia menyuruhku untuk kembali pulang.
 
Tepat di bulan Maret aku menunggu di bawah pohon sakura khawasan Ueno Park tempat dimana pertamakali aku mengungkapkan perasaanku pada Satomi, berdasarkan permintaannya. Aku pikir kami akan merayakan hari jadian kami seperti biasa di tempat ini, namun ternayata aku salah, Satomi secara sepihak memutuskan hubungan kami, yang membuatku berhenti bernafas mendengarnya. Aku menanyakan penyebab dan salahku padanya namun dia hanya mengatakan bahwa kami tidak bisa bersama.

Berhari-hari setelah itu aku, masih berusaha menghubungi Satomi dan meyakinkan dia semuanya akan baik-baik saja, namun sepertinya semuanya sudah berakhir. Setelah kejadian itu aku benar-benar lose kontak dengan Satomi. Hari kepulanganku ke Indonesia pun semakin dekat, hingga akhirnya aku memberanikan diri mendatangi rumah Satomi untuk meminta penjelasan padanya siapa tahu masih ada secercah harapan untuk menyelamatkan hubungan kami. Dengan senyum biasa Satomi menatapku, dan berkata tidak ada yang harus ia jelaskan, ini merupakan keputusannya, yang ia anggap baik untuk kami berdua. Tak terasa pipi ku di aliri air yang masih hangat dari kedua mata ku. Namun aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi, hubungan kami benar-benar berakhir sekarang. Sebelum aku pulang Satomi mengatakan padaku bahwa aku harus bahagia, aku harus hidup bahagia dan begitupun dirinya.

Di rumah sewaan ku, aku hanya tidur uring-uringan menunggu hari kepulanganku dan sekedar berjalan-jalan sebentar, rasanya hilanglah seluruh keindahan Jepang dalam sukma seiring perginya Satomi dari sisiku. Aku seperti orang yang bodoh, tidak tahu harus kemana, aku menceritakan masalahku pada teman-temanku di sana dan jawaban mereka sangat simpel, aku harus optimis bangkit kembali dan lekas melupakan Satomi.

Hari kepulanganku akhirnya tiba jua, Aku telah meninggalkan Jepang dan Satomi kekasihku. Sesampai di Indonesia pelukan dan ciuman ayah serta ibuku akhirnya sedikit mampu menghilangkan sejenak pikiranku akan Satomi. Bagaimanapun aku benar-benar harus bahagia seperti yang Satomi ingini. Aku berusaha memupuk jalan hidupku di negri tercintaku, membangun impian dan mengabdi pada negriku. 

Bunga sakuraku telah gugur sekarang, tidak mungkin kembali menyatu pada rantingnya. Aku hanya berharap jika bukan di kehidupan ini aku bisa di satukan bersama Satomi, semoga kelak di kehidupan berikutnya Tuhan berkenan menyatukan kami dalam cinta yang abadi. Di  iringi aroma sakura khas Jepang  dimana aku menjalin kasih bersama Satomi.

The And….

Terimakasih telah menyempatkan diri membaca Cerpen dari ku …
Sangat diharapkan kritik dan sarannya,
sebagai bahan evaluasi dan koreksi penulis ^_^





2 komentar:

  1. ..dlm penulisan huruf,di chek lagi,..ada yg kelebihan,ada yg kebalik,...contoh:meminta dulungan,menyelamatkan hubingan kami,siapa tahun,..tp daiijobu,..ceritanya sugoi,keren,hanya saja bikin saya ingat jepang apalagi pas musim semi saat ini....dari cerpen ini kita bs ambil hikmah bahwa cinta tidak sll bersama scr lahir,..tp scr hati sll bersama,.dan tetap optimis menjalani hidup walaupun berat dan sangat berat,..ALLOH SWT punya rencana lain dan terbaik buat hambanya,..watashi wa nihon ni natsukashikutte aishiteru koto desu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih....
      komentarnya sanggat membantu sekali :)....
      dan, semoga ini dapat menjadi bahan koreksi Q kedepannya...

      Ditunggu komentarnya pada entri-entri yang lain..^_^

      Hapus